Perang Ju
Lu adalah sebuah pertempuran menentukan dalam menghancurkan kekuatan
pasukan Negeri Qin pada zaman akhir Dinasti Qin, juga adalah salah satu
perang dimana pasukan dengan jumlah lebih sedikit dapat mengalahkan
pasukan jumlah besar yang terkenal di dalam sejarah.
Pada
208 SM, sesudah Jenderal Zhanghan dari Qin berhasil menumpas
pemberontakan Chen Sheng dan Wu Guang, ditambah lagi mengalahkan pasukan
Wei di Linji dan mengalahkan pasukan Negeri Chu di Dingtao. Pada perang
Dingtao, Xiang-liang mati terbunuh, Zhanghan berpendapat pasukan
andalan Negeri Chu telah dimusnahkan maka Chu tak layak lagi
dipertimbangkan, itulah mengapa ia mengarahkan pasukannya ke utara,
berbelok dan menggempur Negeri Zhao, dengan hasil Raja Zhao beserta
200.000 pasukannya terkepung di Ju Lu (Kini daerah barat daya
Bingxiang-Hebei).
Kekuatan
Negeri Zhao kecil dan lemah, tentu tidak berani berhadapan langsung,
maka mereka mengutus duta khusus untuk memohon pertolongan Negeri Chu.
Meski Chu baru saja terkalahkan di Perang Dingtao dan belum pulih
kekuatannya, namun apabila tidak menyelamatkan Zhao, kemungkinan Negeri
Qin dengan lebih mudah menghajar pihak yang menentang hegemoni Qin. Maka
itu, Negeri Chu mengirim pasukan untuk menolong Zhao. Raja Chu
(Huaihuang) mengutus Song Yi sebagai jenderal, Xiang Yu dan Fancheng
sebagai wakilnya dan memimpin pasukan berangkat ke Ju Lu.
Pasukan
Song Yi ketika berjalan sampai di Anyang (kini di dekat Caoxian -
Provinsi Shandong), tiba-tiba ia mengubah niatan semula dan menancapkan
kemah markas di tempat tersebut. Strategi Song Yi tak lain tak bukan
ialah agar Qin dan Zhao saling bertarung sedangkan Chu bisa menunggu
peluang ketika keluar salah satu pemenang. Waktu berlalu satu setengah
bulan, Xiang Yu, si jenderal tingkat 2 melihat Song Yi, ia mengusulkan
pasukan Chu menyerang.
Xiang
Liang yang gugur di perang Ding Tao adalah paman Xiang Yu, demi
membalas dendam ia ingin cepat-cepat menggempur pasukan Qin. Tentu saja,
strategi perangnya juga beralasan, ia mengatakan:
"Pengepungan
Qin terhadap Zhao lebih gawat, seharusnya segera mengerahkan pasukan
menyeberangi sungai. Chu menyerang dari luar, Zhao bergerak dari dalam,
pasti bisa mengalahkan pasukan Qin." Akan tetapi Song Yi tidak menerima
usulan Xiang Yu, selain mengejeknya hanya berotot tapi tak berakal, ia
juga memberi perintah bahwa di dalam pasukan apabila ada yang "segarang
harimau, seganas serigala, kuat tapi tak bisa diatur, harus dihukum
pancung!"
Xiang
Yi melihat perintah ini sebenarnya ditujukan kepada dirinya, ia merasa
putus asa dan marah atas kebijakan dan kelakuan Song Yi, maka ia
membunuh Song Yi. Setelah Song Yi tewas, Chu Huaihuang lantas mengangkat
Xiang Yi sebagai panglima dan memimpin pasukan untuk menyelamatkan
Zhao.
Kala
itu jumlah pasukan Chu yang dipimpin Xiang Yi jauh dibawah pasukan Qin,
sedangkan pasukan para adipati pun meski telah berdatangan membantu,
namun mereka gentar terhadap nama besar pasukan Qin, hanya menempatkan
pasukannya di kepungan dan luar sama sekali tak berani memprovokasi
bertempur.
Pada
bulan 12, Xiang Yi memimpin sendiri pasukannya menyeberangi sungai dan
ia memerintahkan semua serdadunya untuk menghancurkan semua peralatan
masak dan menenggelamkan armada perahu serta setiap orang hanya
diperbolehkan membawa makanan kering jatah untuk 3 hari sebagai
kebulatan tekad untuk bertempur sampai mati (karena tidak ada jalan
mundur lagi).
Tekad
"Menghancurkan kuali menenggelamkan perahu" dan semangat tempur tinggi
telah berdampak sangat besar. Waktu itu setiap tentara Chu telah berubah
menjadi gagah berani, semuanya bertekad "1 lawan 10". Maka di dalam
pertempuran kedua belah pihak pasukan, sembilan kali perang sembilan
kali menang, dengan jumlah sedikit mengalahkan yang banyak.
Sesudah
jenderal Qin, Zhanghan kalah perang, ia mundur ke arah Ji Yuan. Pasukan
bantuan dari berbagai negara (red: sewaktu Zaman Qunchiu dan Zhanguo,
China terdiri dari sejumlah negara-negara semacam negara federal zaman
sekarang yang mengakui Dinasti Zhou sebagai pemerintahan pusat.) begitu
menyaksikan pasukan Chu pimpinan Xiang Yu berhasil mengalahkan pasukan
Qin semuanya merasa kagum dan berduyun-duyun tunduk atas perintah Xiang
Yu.
Pada
bulan ke-6 tahun 207 SM, Xiang Yu dan Jenderal Pu masing-masing
mengalahkan pasukan Qin di Yushui dan Sanhujin (kini Kabupaten Chi -
Provinsi Hebei). Jenderal Qin, Wang Li tertawan, Su Jiao terbunuh, Shi
Jian bunuh diri, sedangkan Zhang Han, Sima Xin dan Dong Yi menyerah
kepada pasukan Chu, dengan demikian perang Ju Lu dinyatakan tamat.
Hasil
perang Ju Lu, di luar perkiraan orang, pasukan kuat dan tersentralisir
seperti itu, begitu mudah dikalahkan? Dramatika perkembangan sejarah
begitu membuat orang salah tafsir dan tak habis mengerti.
No comments:
Post a Comment